-->

Minggu, 20 Juni 2010

Cara Mendidik Anak dengan Menghukum/Memukul

Ingin cerita pengalaman saya dengan anak saya Razi. Saya bukan ahli pendidikan, jadi caranya saya meraba-raba saja.

Karena buat anak2 seperti anak kita susah dijelaskan "salah" atau "benar", waktu anak saya Razi dulu waktu masih kecil saya menerapkan "boleh" dan "tidak boleh"

lebih dulu, meski dia tidak ngerti. Saya membatasi ( seperti pernah juga dulu saya cerita ) hal yang "tidak boleh" dilakukannya sesedikit mungkin : yang membahayakan dirinya atau yang membahayakan orang lain ditambah bila hal yang dilakukannya tidak sopan. Diluar itu semua "boleh" ( kawatir kalau banyak yang tidak boleh malah membuat dia tidak berkembang samasekali). Untuk anak saya, saya pikir berhasil, karena sekarang ( 13 tahun ) dia patuh dan juga sayang kepada kami orang tuanya.

Yang jelas harus ada kesatuan pendapat antara Bapaknya dan Ibunya. jangan sampe yang "boleh" sama ibunya tapi "tidak boleh " sama bapaknya. Akibatnya si Bapak meghukum, si ibu membela, maka si anak akan bingung.

Untuk yang "tidak boleh" disamping dengan mulut dan ekspresi marah, saya juga menggunakan tangan ( cara ini mungkin banyak ibu atau bapak anggota milis yang tidak setuju, apa boleh buat ). Kalau hal itu dilakukannya maka sambil melarang saya memukul pantatnya atau kalau tidak mempan saya akan mecubit pantatnya sampai dia nangis, lalu saya biarkan nangis sampai berhenti. Saya larang siapa saja membujuk, atau berlaku manis dalam kurun waktu itu, termasuk ibunya. kalau diulang lagi saya akan kembali memukul atau mencubit pantatnya juga sampai dia nangis.

Sesudah dia merasa tidak ada yang membelanya dan berhenti menangis baru saya perlakukan kembali sebagaimana biasa, merangkulnya atau bicara dengan dia, untuk menunjukkan bahwa saya sebenarnya sangat sayang sama dia.

Ada beberapa hal yang "tidak boleh" itu dilakukannya di tempat publik misalnya di pertemuan keluarga, di supermarket atau bahkan disekolahnya. Saya tetap

menghukumnya ( meski isteri saya marah-2 pada saya, karena malu ) dengan cara itu ditempat kejadian. Misalnya di supermarket dia mengayun-2 kan kayu panjang tanpa peduli dengan orang yang rame disekelilingnya.

Sesudah agak gedean ( umur 6 - 8 tahun ) dia main perosotan di pegangan tangga antar lantai atau lari2 naik turun eskalator yang lagi jalan. Saya uber dan saya pukul

ditempat itu juga. Mungkin pengunjung melihat saya seperti ayah yang kejam yang senang mukul anak. Apa boleh buat, masalahnya kalau saya tunggu sampe ke rumah baru marah, karena rentang ingatannya yang pendek, kalo dirumah mungkin dia bingung saya marahin dia soal apa ( dia sudah lupa kelakuannya di keramaian diatas ), jadi bisa jadi kemarahan saya tidak efektip.

Atau di rumah, meniru yang dilakukan tukang memperbaiki genteng rumah saya, pernah dua kali anak saya naik ke atas genteng ( waktu saya ada dirumah ) dan jalan mondar mandir di puncak atap dengan santai sampe tukang becak dan tetangga yang ada disekitar rumah teriak2 menyuruh turun ( ini juga dulu pernah saya ceritakan ). saya bujukin dia supaya turun, saya janjikan Mc Donald, pizza atau apa saja yang dia suka. Begitu dia menginjak lantai saya "hajar" pantatnya sampai dia nangis dengan ekspresi marah.

Baru sesudah reda tangisnya dan juga kemarahan saya ( lebih tepat ketakutan saya ), saya bawa dia membeli yang saya janjikan itu, cukup jauh tempatnya lebih kurang sejam naik mobil ke BSD atau Bintaro dari rumah saya di Pamulang. Padahal makannya cuma butuh waktu lima menit, belum keluar dari lapangan parkir, yang dimakannya udah habis.

Yang tidak sopan, pernah satu kali di mesjid dia menunjuk-2 ke arah mulut seorang Bapak2 yang sudah agak tua. Si Bapak mulutnya sumbing. Saya coba jelaskan, bahwa mulut Bapak itu luka, belum sembuh. Dia seperti terpesona terus memelototi si bapak. Akhirnya saya angkat tangan saya, sambil ngomong : kalau terus begitu Razi nanti saya pukul. Baru dia berhenti ngeliat si bapak. Jadi saya urung memukulnya.

Syukurlah, paling banyak dua atau tiga kali saya perlu menghukum untuk kelakuan yang sama. Sisanya bila ada yang "tidak boleh" dilakukannya, paling paling saya cuma perlu ngomong atau dengan gerak mengancam mengangkat tangan saya siap memukul dia langsung surut. Dan lebih syukur lagi beberapa tahun terakhir tidak pernah lagi saya harus menggunakan tangan seperti dulu itu, dia sudah ngerti

kalau dibilang tidak boleh dan sekarang sudah mengerti sedikit demi sedikit "salah" dan "benar". Dia bisa membedakan kalau saya lagi bercanda, atau lagi marah.

Kalau saya tendang pantatnya secara main2, dia pasti nguber saya buat ngebalas. Tapi kalo dia liat saya marah, dia sudah buru2 minta maaf, biarpun saya tidak nyenggol

dia sekalipun.

Biar bagaimana Bu, ini cara yang pernah saya terapkan buat anak saya. belum tentu berhasil buat yang lain. Kalau terpaksa, mungkin Ibu bisa pake cara ini, kalo ada cara lain yang kurang "vulgar", ya lebih baik pake cara itu.

Wassalam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar